Pertunjukan musik
kontemporer etnik Aceh dalam perjalanan masanya akan berlaku menjadi sebuah
fenomena pertunjukan di Aceh. Berdasarkan dari judul di atas terdapat variabel
bahasa serta pelaksanaan yang harus dipertanyakan terlebih dahulu sebelum menjadi
fenomena di masyarakat, serta menjadi genre baru di era sekarang ini. Untuk
menjelaskan hal ini, memerlukan berlembar-lembar kertas serta waktu yang
panjang agar menjadi suatu pemahaman
dalam pertunjukan musik kontemporer etnik Aceh tersebut. Kata musik,
kontemporer, etnik dan Aceh dapat dikupas melalui kajian Etimologi, Musikologi,
Etnomusikologi, Antropologi, serta Sosiologi. Hal tersebut, kata yang menjadi
kalimat dalam pertunjukaan musik kontemporer etnik tersebut memiliki sejarah,
epistimologi, etika dan estetetika yang telah dibangun oleh dari berbagai
negara agar musik sebagai dari bagian pertunjukan menjadi sebuah identitas,
khususnya Aceh masih dalam pada masa menggunakan sebagai kata serapan bukan
sebagai wacana (bagaimana pratik tersebut dilakukan). Dengan tulisan singkat
ini, penulis mencoba untuk mempertanyakan kembali tentang kata kontemporer
serta etnik saja. Hal ini, mengelitik penulis untuk dapat dibicarakan lebih
lanjut dalam forum resmi agar menjadi sebuah pemahaman yang menarik dalam suatu
pertunjukan, khususnya musik.
Penulis mencoba memulai
dengan kata kontemporer sebagai pembahasan dari judul di atas. Kontemporer merupakan kata serapan dari
bahasa inggris yang dari kata co yang artinya bersama dan tempo dipahami
sebagai dengan waktu. Sehingga, dapat diartikan
bahwa musik kontemporer adalah karya musik yang secara tematik merefleksikan
situasi waktu yang sedang dilalui (zaman kini). Dasar musik yang dipakai adalah
pop, rock dan praise & worship. Peradaban musik kontemporer dalam
perjalanannya di Eropa sebagai era musik yang menggunakan style musikal yang
berbeda dari perdaban musik yang telah dibanggun oleh peradaban musik orkestra
dan dengan kata lain sebagai bentuk perlawanan dari musik yang telah mapan di
masyarakat Eropa saat itu. Melihat kajian musik kontemporer di Indonesia telah
dilakukan dari tahun 1979 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Perdebatan yang
panjang telah terjadi antara praktisi musik tradisional serta pelaku yang
menyetujui musik kontemporer sebagai bagian dari pertunjukan di Indonesia. puncaknya, karya-karya musik kontemporer tidak lagi menjelaskan ciri-ciri
latar belakang tradisi budayanya walaupun sumber-sumber tradisi itu masih
terasa lekat.
Kata Etnik /et·nik/ /étnik/ berdasarkan dari kamus besar indonesia
antra bertalian
dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti
atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya;
etnis. Hal ini, tidak menyangkut ciri fisik atau ras saja. Etnik merupukan
perwujudan budaya yang memiliki bentuk matrial serta non matrial. Sehingga,
benda-benda yang tercipta merupakan sebagai dari simbol serta identitas suatu
kelompok satu dengan lainnya.
Berdasarkan
uraian di atas penulis memiliki pertanyaan yang sangat besar terhadap pertunjukaan
musik kontemporer tersebut. Perkembangan musik
di Aceh telah melalui proses serta tokoh-tokoh yang sangat banyak dalam
menciptakan karya agar menjadi identik musik Aceh. Karya-karya tersebut
tercipta secara dinamis agar dapat di terima oleh masyarakat pendengarnya.
Hingga saat ini, masih ada pecinta musik-musik terdahulu mendengarkan musik
tersebut maka karya musik tersebut tidak lekang oleh masa dan menjadi identitas
musik Aceh. Pertunjukan musik kontemporer di Aceh merupakan hal yang harus
dipertanyakan dalam pelaksanaanya. Pelaksanaan pertunjukaan musik
kontemporer di Aceh musik tersebut bagaikan
lompatan quantum bagi pengkarya musik bagi saat ini. Hal tersebut, dapat
menjadi suatu pertunjukan yang konyol dan pertanyaan yang besar bagi penonton
karena permusikan Aceh masih banyak permasalahan yang belum dibahas menjadi
suatu pertunjukan, baik dari segi etimologi, epistimologi, etika serta estetika.
Orang Aceh mengenal musik dengan istilah lagu maka hal tersebut telah dapat
menjadi suatu kesamaan dalam perbendaharaan definisi musik secara general. Seni
pertunjukan musik dapat dilihat dari segi suka atau tidak suka (faktor
historikal pendengar), enak atau tidak enak (yang mempengaruhi indrawi
pendengar) dan secara intelektual (melodi, timbre atau tempo).
Musik
atau lagu yang di kenal oleh masyarakat Aceh memiliki Fungsi dalam suatu
pertunjukan pertunjukan. Fungsi primer serta sekunder. Dalam pertunjukan yang
menjadi suatu sajian baru ini musik etnik Aceh yang dikemas dalam tehnik
kontemporer menuju pertunjukan sekunder. Pertunjukan seni sekunder dapat
menjadi permasalahan yang harus diatasi secara sistematis agar bukan sebagai
fenomena saja serta kebebasan ekspresi dari pengkarya tanpa mempertimbangkan nilai-nilai
kearifan lokal Aceh . Bentuk penyajian musik kontemporer dan musik etnik
memiliki pehaman yang paradok (bertolak belakang) dalam suatu pertunjukan.
Karya-karya musik Aceh dalam perjalanannya masih dalam tahap kreasi baru, belum
sampai pada tahap pertunjukan musik eksperimental, apalagi sebagai bentuk
perlawanan dalam tatanan masyarakat yang mapan. Pendengar musik di Aceh masih
mendengarkan lirik yang dapat membangkitkan semangat gairah serta hal-hal yang
responsif menjadi guyonan dalam suatu karya. Perkembangan musik di Aceh masih
memerlukkan pelaku-pelaku musik yang mengarahkan perkembangan musik secara
dinamis, jangan latah terhadap perkembangan genre musik yang dihadirkan dunia
perindustrian musik dunia. Pendengaran instumen musik sebagai idiom
menghantarkan pada suatu nilai ekstase masih memerlukan waktu bagi masyarakat
Aceh, serta didukung dengan para ilmuan mendiskusikan serta mengarahkan
pertunjukan musik kontemporer etnik di Aceh dapat menjadi suatu wacana dan cabang
apresiasi yang memiliki nilai esensial.
Dalam tulisan singkat
ini penulis mengharapkan kritikan lebih jauh lagi serta memerlukan ruang forum
yang lebih resmi dan ilmiah, agar permusikan di Aceh dapat menjadi suatu
perbendaharaan yang dapat di teruskan kepada anak cucu kedepan.
Wassalam
Rudi Asman S.Sn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar