Serune
kalee adalah instrumen tiup yang diklasifikasikan sebagai
instrumen aerophone. [1]
Aerophone instrumen
yang diperlakukan dengan cara ditiup.[2]
Aerophene adalah alat musik yang
memiliki prinsip kerja hembusan udara. Sumber bunyi instrumen menggunakan double reed (reed ganda).[3]
Reed merupakan lidah getar,
lidah-lidah tipis sebagai sumber bunyi pada alat musik. [4]
Reed diartikan buluh bambu[5].
Namun, reed bagi masyarakat Aceh menggunakan
daun lontar (oun theu).[6]
Penggunaan oun theu dikaranakan
keawetan daun tersebut dan mudah dibentuk untuk sebagai bagian pendukung dari instrumen.
Instrumen ini menggunakan pernafasan dalam mengeluarkan nada. Pernafasan yang
digunaan adalah tehnik pernafasan tanpa putus-putus (ulak abah).[7]
Penjarian merupakan hal yang penting. Teknik penjarian digunakan untuk
membentuk ornamentasi nada. Nada serune
kalee terdiri dari 8 nada.[8]
Nada pokok (Tonal) tidak memiliki kesamaan
antara satu sama lain, hal tersebut dikarenakan pengerajin hanya menggunakan
pengalaman pendengaran tanpa menggunakan alat khusus untuk penyeteman nada.[9]
1. Instrumen
Serune kalee
secara keseluruhan terdiri dari 3
bagian. Bagian atas terdapat reet
disebut dengan lili yang terbuat
lempengan kuningan berbentuk slinder atau tabung panjang kira–kira sepanjang
jari kelingking anak kecil. Lili
tersebut terdapat oen theu (daun
lontar) menggunakan tehnik ikatan double
reed. Ikatan daun menggunakan benang jahit atau benang jagung. Fungsi lidah
sebagai pembunyi suara. Bagian tengah badan lili
tersebut tedapat prieng. Prieng
adalah lempengan terbuat dari tembaga atau batok kelapa, fungsi prieng sebagai penahan nafas keluar dari
mulut secara berlebihan.
Gambar 12. Lili masih dalam posisi terpisah.
(Foto: Rudi
Asman, 08 Mei 2016)
Bagian kedua terdapat lipai (bambu) berfungsi sebagai
pembentuk nada pada lubang-lubang di badan seurune
kalee, lipai tersebut dimasukan
ke dalam badan seurune. Lipai
berfungsi membuat nada dari lili
menjadi turun 1 langkah atau naik 1 langkah atau turun ½ langkah dan yang paling jauh selama pengamatan
terdapat hingga 1 ½.
Gambar 13. Lipai
dalam kondisi terpisah
(Foto: Rudi
Asman, 08 Mei 2016)
Bagian terakhir badan serune kalee disebut dengan Bruek, badan serune terbuat dari kayu nangka atau kayu kepula, pada bruek ini terdapat nada. Lubang serune
kalee terdiri dari 8 lubang ,7 lubang di atas 1 lubang di
bawah. Bagian badan serune kalee
terdapat klah menggunakan lempengan
kuningan agar menjaga alat tersebut tidak mudah retak atau pecah.
Gambar 14. Bruek dalam kondisi terpisah
(Foto: Rudi
Asman, 08 Mei 2016)
Gambar 15. Serune kalee tampak utuh
(Foto: Rudi
Asman, 08 Mei 2016)
2. Proses
Pembuatan Serune Kalee
Pembuatan serune kalee pada awalnya tergolong
sangat rumit. Proses pembuatan dimulai memilih kayu hingga merendam kayu ke
dalam lumpur agar memiliki serat kayu yang kuat. Tahapan tersebut adalah bahan utama untuk membuat serune kalee memilih kayu yang kuat dan
keras, namun ringan, lalu serune kalee direndam
terlebih dahulu selama tiga bulan. Kemudian, mengupas bagian kulit kayu
sehingga yang tersisa adalah hati kayunya saja. Setelah itu, kayu dilubangi
menggunakan besi panas mulai dari atas hingga ke bawah, sehingga membentuk
lubang yang panjang lurus dengan garis tengah 2 cm. Selain membuat lubang pada
kayu juga memerlukan bantuan korekan dengan pisau panjang dan perataan lubang
dengan besi panas. Kemudian, membuat lubang sebanyak delapan buah, tujuh yang
berada di atas atau bagian muka, dan satu lagi berada di bawah.
Saat ini serune kalee telah dibuat dengan bantuan mesin
bubut. Pemilihan kayu tidak memerlukan proses perendaman dalam lampur lagi. Kayu
yang digunakan sekarang telah tergolong banyak variasi seperti telah
menggunakan kayu sono keling khas
jawa, hal ini dilakukan agar kualitas kayu dapat membantu produksi suara yang
diperlukan, hal ini de pengaruhi besarnya tekanan udara dari peniup sehingga
memerlukan dinding penahan udara cukup rapat. namun jenis bahan serune
kalee seperti ini sangat terbatas dikarenakan harga bahan yang mahal di
pasaran beserta ongkos kirim bahan dan kayu yang dibutuhkan harus memesan dari Jawa.
Selain dari itu, penggunaan kayu jati juga dipergunakan, model serune kalee berbahan seperti ini juga termasuk jarang ada yang
dikarenakan harga bahan tersebut tergolong mahal, dan akan mempengaruhi nilai
jual yang tidak terjangkau oleh pembeli. Kayu yang dibentuk dengan mesin
tersebut menjadikan proses pembuatan serune
kalee lebih cepat dan efisien. Ditambah lagi dengan adanya mesin bor untuk
membuat lubang nada serta penghalusan badan serune
kalee menggunakan kertas pasir.
Serune kalee apabila diproduksi saat ini dalam
seharinya dapat 3-4 unit dapat buat hingga mendapatkan nada. Proses finising
pewarnaan dilakukan setelah mendapatkan nada yang pas dari serune kalee tersebut. Untuk pewarnaan, memerlukan sekitar 1 hari. Pawarna
yang digunakan menggunakan cat pylox,
dikarenakan cat ini sangat efisien dalam penggunaanya. Cat dilakukan dengan 2
lapis berwarna hitam dan satu lapis menggunakan clear agar kayu tersebut nampa lebih mengkilap serta elegan. Warna yang
dipilih sering menggunakan warna hitam, warna lain tergantung dari pesanan
pembeli. Meskipun, saat ini ada yang menggunakan clear saja agar motif kayu tampak, dan ada juga tidak menggunakan cat
pewarna. Hal tersebut untuk menggurangi bau cat yang ditinggalkan disaat proses
pewarnaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembuatan serune kalee tidak didahului dengan
upacara ritual khusus. Pembuatan alat musik ini juga tidak melibatkan kekuatan
gaib atau sihir. Saat ini, pembuat atau pengrajin alat musik tiup tradisional
ini tinggal beberapa orang saja.[10] Serune
kalee tidak memiliki ornamen atau hiasan yang mencolok. Hanya berupa ukiran
pada badan serune kalee. Ukiran ini
tergurat dalam bentuk lurus mengelilingi badan serune kalee agar serune kalee
tampak indah dan terkesan canggih. Bagian atas dekat lipai terdapat sebuah ring yang berfungsi sebagai pengaman agar
peralatan ini tidak mudah retak.[11] Selain itu, ring juga difungsikan
sebagai hiasan. Bagian bell kadang
dilapisi dengan plat perak yang diberi sedikit ukiran.
Pembuatan serune kalee secara tradisional dilakukan
dengan cara manual tanpa menggunakan
tehnologi tinggi. Pembuatan alat tersebut berdasarkan kemampuan serta
pengalaman pengerajin dalam pembuatannya. Proses pembuatannya saat ini telah
mengalami kemajuan yang ditambah dengan bantun mesin. Sehingga, alat ini dapat
diproduksi dalam kebutuhan banyak. Serune
kalee dibuat sebagai instrumen bunyi yang digunakan untuk mengiringi musik
yang tanpa memiliki kekuatan gaib apabila instrumen tersebut digunakan. Selain
dari itu, bentuk serune kalee dibuat
dengan tampilan sesederhana mungkin agar mudah dilihat dan dikenal oleh
masyrakat.
[1]Anton Setia Budi, ”Teknik Dasar
Bermain Serune Kale” Skripsi untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program
Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
2001, 19.
[2]Anton Setia Budi, 8.
[3]Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), 19.
[4]Banoe, 19.
[5]Banoe, 19.
[6]Wawancara dengan Zulkifli (Joel
Kande) tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe
Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[7]Wawancara dengan Zulkifli (Joel
Kande) tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe
Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[8]Wawancara dengan Zulkifli (Joel
Kande) tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe
Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[9]Wawancara dengan Linda Sofyan tanggal
06 April 2016 di rumahnya, diijinkan untuk dikutip.
[10]Wawancara dengan Zulkifli “Joel
Kande” 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[11]Wawancara dengan Zulkifli “Joel
Kande” 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar