Arsip Blog

Sabtu, 29 Februari 2020

Organologi Serune kalee Aceh


Serune kalee adalah instrumen tiup yang diklasifikasikan sebagai instrumen aerophone. [1] Aerophone instrumen yang diperlakukan dengan cara ditiup.[2] Aerophene adalah alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara. Sumber bunyi instrumen menggunakan double reed (reed ganda).[3] Reed merupakan lidah getar, lidah-lidah tipis sebagai sumber bunyi pada alat musik. [4] Reed diartikan buluh bambu[5].
Namun, reed bagi masyarakat Aceh menggunakan daun lontar (oun theu).[6] Penggunaan oun theu dikaranakan keawetan daun tersebut dan mudah dibentuk untuk sebagai bagian pendukung dari instrumen. Instrumen ini menggunakan pernafasan dalam mengeluarkan nada. Pernafasan yang digunaan adalah tehnik pernafasan tanpa putus-putus (ulak abah).[7] Penjarian merupakan hal yang penting. Teknik penjarian digunakan untuk membentuk ornamentasi nada. Nada serune kalee terdiri dari 8 nada.[8] Nada pokok (Tonal) tidak memiliki kesamaan antara satu sama lain, hal tersebut dikarenakan pengerajin hanya menggunakan pengalaman pendengaran tanpa menggunakan alat khusus untuk penyeteman nada.[9]
1.    Instrumen              
Serune kalee secara keseluruhan terdiri dari 3 bagian. Bagian atas terdapat reet disebut dengan lili yang terbuat lempengan kuningan berbentuk slinder atau tabung panjang kira–kira sepanjang jari kelingking anak kecil. Lili tersebut terdapat oen theu (daun lontar) menggunakan tehnik ikatan double reed. Ikatan daun menggunakan benang jahit atau benang jagung. Fungsi lidah sebagai pembunyi suara. Bagian tengah badan lili tersebut tedapat prieng. Prieng  adalah lempengan terbuat dari tembaga atau batok kelapa, fungsi prieng sebagai penahan nafas keluar dari mulut secara berlebihan.



Gambar 12. Lili masih dalam posisi terpisah.
(Foto: Rudi Asman, 08 Mei 2016)

Bagian kedua terdapat lipai (bambu) berfungsi sebagai pembentuk nada pada lubang-lubang di badan seurune kalee, lipai tersebut dimasukan ke dalam badan seurune.  Lipai berfungsi membuat nada dari lili menjadi turun 1 langkah atau naik 1 langkah atau turun ½ langkah  dan yang paling jauh selama pengamatan terdapat hingga 1 ½. 


Gambar 13. Lipai dalam kondisi terpisah
(Foto: Rudi Asman, 08 Mei 2016)
  
Bagian terakhir badan serune kalee disebut dengan Bruek, badan serune terbuat dari kayu nangka atau kayu kepula, pada bruek ini terdapat nada. Lubang serune kalee terdiri dari 8 lubang ,7 lubang di atas 1 lubang di bawah. Bagian badan serune kalee terdapat klah menggunakan lempengan kuningan agar menjaga alat tersebut tidak mudah retak atau pecah.



Gambar 14. Bruek dalam kondisi terpisah
(Foto: Rudi Asman, 08 Mei 2016)





 Gambar 15. Serune kalee tampak utuh
(Foto: Rudi Asman, 08 Mei 2016)

2.    Proses Pembuatan Serune Kalee
Pembuatan serune kalee pada awalnya tergolong sangat rumit. Proses pembuatan dimulai memilih kayu hingga merendam kayu ke dalam lumpur agar memiliki serat kayu yang kuat.  Tahapan tersebut adalah bahan utama untuk membuat serune kalee memilih kayu yang kuat dan keras, namun ringan, lalu serune kalee direndam terlebih dahulu selama tiga bulan. Kemudian, mengupas bagian kulit kayu sehingga yang tersisa adalah hati kayunya saja. Setelah itu, kayu dilubangi menggunakan besi panas mulai dari atas hingga ke bawah, sehingga membentuk lubang yang panjang lurus dengan garis tengah 2 cm. Selain membuat lubang pada kayu juga memerlukan bantuan korekan dengan pisau panjang dan perataan lubang dengan besi panas. Kemudian, membuat lubang sebanyak delapan buah, tujuh yang berada di atas atau bagian muka, dan satu lagi berada di bawah.
Saat ini serune kalee telah dibuat dengan bantuan mesin bubut. Pemilihan kayu tidak memerlukan proses perendaman dalam lampur lagi. Kayu yang digunakan sekarang telah tergolong banyak variasi seperti telah menggunakan kayu sono keling khas jawa, hal ini dilakukan agar kualitas kayu dapat membantu produksi suara yang diperlukan, hal ini de pengaruhi besarnya tekanan udara dari peniup sehingga memerlukan dinding penahan udara cukup rapat. namun jenis bahan  serune kalee seperti ini sangat terbatas dikarenakan harga bahan yang mahal di pasaran beserta ongkos kirim bahan dan kayu yang dibutuhkan harus memesan dari Jawa. Selain dari itu, penggunaan kayu jati juga dipergunakan, model serune kalee berbahan seperti ini juga termasuk jarang ada yang dikarenakan harga bahan tersebut tergolong mahal, dan akan mempengaruhi nilai jual yang tidak terjangkau oleh pembeli. Kayu yang dibentuk dengan mesin tersebut menjadikan proses pembuatan serune kalee lebih cepat dan efisien. Ditambah lagi dengan adanya mesin bor untuk membuat lubang nada serta penghalusan badan serune kalee menggunakan kertas pasir.
Serune kalee apabila diproduksi saat ini dalam seharinya dapat 3-4 unit dapat buat hingga mendapatkan nada. Proses finising pewarnaan dilakukan setelah mendapatkan nada yang pas dari serune kalee tersebut. Untuk pewarnaan, memerlukan sekitar 1 hari. Pawarna yang digunakan menggunakan cat pylox, dikarenakan cat ini sangat efisien dalam penggunaanya. Cat dilakukan dengan 2 lapis berwarna hitam dan satu lapis menggunakan clear agar kayu tersebut nampa lebih mengkilap serta elegan. Warna yang dipilih sering menggunakan warna hitam, warna lain tergantung dari pesanan pembeli. Meskipun, saat ini ada yang menggunakan clear saja agar motif kayu tampak, dan ada juga tidak menggunakan cat pewarna. Hal tersebut untuk menggurangi bau cat yang ditinggalkan disaat proses pewarnaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembuatan serune kalee tidak didahului dengan upacara ritual khusus. Pembuatan alat musik ini juga tidak melibatkan kekuatan gaib atau sihir. Saat ini, pembuat atau pengrajin alat musik tiup tradisional ini tinggal beberapa orang saja.[10] Serune kalee tidak memiliki ornamen atau hiasan yang mencolok. Hanya berupa ukiran pada badan serune kalee. Ukiran ini tergurat dalam bentuk lurus mengelilingi badan serune kalee agar serune kalee tampak indah dan terkesan canggih. Bagian atas dekat lipai terdapat sebuah ring yang berfungsi sebagai pengaman agar peralatan ini tidak mudah retak.[11] Selain itu, ring juga difungsikan sebagai hiasan. Bagian bell kadang dilapisi dengan plat perak yang diberi sedikit ukiran.
Pembuatan serune kalee secara tradisional dilakukan dengan cara manual  tanpa menggunakan tehnologi tinggi. Pembuatan alat tersebut berdasarkan kemampuan serta pengalaman pengerajin dalam pembuatannya. Proses pembuatannya saat ini telah mengalami kemajuan yang ditambah dengan bantun mesin. Sehingga, alat ini dapat diproduksi dalam kebutuhan banyak. Serune kalee dibuat sebagai instrumen bunyi yang digunakan untuk mengiringi musik yang tanpa memiliki kekuatan gaib apabila instrumen tersebut digunakan. Selain dari itu, bentuk serune kalee dibuat dengan tampilan sesederhana mungkin agar mudah dilihat dan dikenal oleh masyrakat.





[1]Anton Setia Budi, ”Teknik Dasar Bermain Serune Kale” Skripsi untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2001, 19. 
[2]Anton Setia Budi, 8. 
[3]Pono Banoe, Kamus Musik  (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 19.
[4]Banoe, 19.
[5]Banoe, 19.
[6]Wawancara dengan Zulkifli (Joel Kande)  tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[7]Wawancara dengan Zulkifli (Joel Kande)  tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[8]Wawancara dengan Zulkifli (Joel Kande)  tanggal 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[9]Wawancara dengan Linda Sofyan tanggal 06 April 2016 di rumahnya, diijinkan untuk dikutip.  
[10]Wawancara dengan Zulkifli “Joel Kande” 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.
[11]Wawancara dengan Zulkifli “Joel Kande” 08 Mei 2016 di Sanggar Rampoe Aceh, diijinkan untuk dikutip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kumpulan Metode Penelitian untuk Musik Aceh

  Klasifikasi merupakan mengenal ciri khas atau pembagian kelompok permasalahan   dari suatu objek sehingga kita akan menjadikan objek ter...

popular post